Kuburan Pitu Sebagai Destinasi Wisata Religi Sekaligus Sejarah di Kabupaten Mojokerto

Kuburan Pitu Sebagai Destinasi Wisata Religi Sekaligus Sejarah di Kabupaten Mojokerto

Kuburan Pitu atau khalayak umum menyebutnya Makam Tujuh merupakan pusara peninggalan sejarah Islam pada era Majapahit yang letaknya berada di Tanah Troloyo, Desa Cento Norejo, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya ukiran pada nisan yang bergambar Surya Majapahit yang mana menjadi ciri khas lambang kerajaan. Di salah satu nisan, dari ketujuh makam ini juga terukir angka tahun 1298 Saka (1376 M) yang jika ditelisik lebih mendalam akan merujuk pada era dimana Hayam Wuruk berkuasa  (1350- 1389 M) . Seperti yang kita tahu sebelum datangnya Islam, wilayah Nusantara lebih didominasi oleh agama Hindu, Budha, dan Kapitayan. Ini menunjukkan bahwa toleransi terhadap agama Islam di Nusantara, khususnya Trowulan, telah terjadi berabad-abad yang lalu bahkan ketika Majapahit kokoh berdiri.

image.png 168.74 KB
Meskipun di nisan Kuburan Pitu tidak tertulis nama orang yang dikubur, namun diduga bahwa orang-orang yang dimakamkan di sana adalah para petinggi kerajaan Majapahit yang telah memeluk agama Islam. Hal tersebut diyakinkan melalui pola kontruksi makam yang menghadap selatan (bagian kaki) serta terdapat ukiran yang ditulis dengan bahasa Arab. Angka 1298 Saka di nisan Kuburan Pitu menjadikan pusara ini sebagai kompleks makam Islam tertua di Majapahit saat ini. 

Menurut tradisi lisan, lokasi pemakaman umum ini dahulunya adalah tempat para wali berkumpul. Kuburan Pitu diabadikan sebagai jejak para leluhur Islam yang berpengaruh pada zaman Kerajaan Majapahit. Nisan Kuburan Pitu berbahan dasar batu andesit, terdapat guratan tahun saka, lafal syahadat, dan lambang yang menyerupai Surya Majapahit. Secara budaya, bentuk nisan menunjukkan pengaruh yang kuat dari Demak karena nisan Kuburan Tujuh menggunakan langgam Demak Troloyo. Ciri khas yang paling kuat dibuktikan melalui bentuk pembeda antara nisan makam laki-laki dan perempuan, apabila nisan laki-laki memiliki ujung lancip yang menjorok keluar sedangkan makam perempuan ujungnya menjorok ke dalam.

image.png 138.97 KB
Makam Troloyo biasanya dijadikan jujukan menarik bagi wisata religi, budaya, maupun sejarah. Harga tiket masuk di Makam ini dikenakan biaya 5000 tiap orang, jika memakai sepeda motor juga ada biaya parkirnya senilai 3000. Selain Kubur Pitu, di dalam kompleks Makam Troloyo ini, ada juga makam Sayyid Syeikh Jumadil Kubro, Makam Tiga (Kubur Telu), Makam Endang Roro Kepyur, Makam Sunan Ngudung, Petilasan Wali Songo dan lain sebagainya. Setiap Jumat Legi, kompleks ini ramai pengunjung dari berbagai daerah untuk berziarah. Menurut tradisi, jumat legi dianggap istimewa karena waktu yang sakral bagi seorang hamba untuk merayu Tuhannya, mendekatkan diri kepada-Nya, seraya berdoa lewat perantara ulama terdahulu agar mendapatkan barokah, terhindar dari segala marabahaya, dan dikabulkan hajatnya.