Situs Siti Inggil, Trowulan

Situs Siti Inggil atau Makam Siti Inggil dalam pembahasan sejarah, bukanlah makam dalam pengertian tradisional, tetapi lebih merupakan sebuah situs dengan bangunan petirtaan. Nama "Siti Inggil" dalam bahasa Jawa berarti "Tanah Tinggi", yang bisa mengacu pada letak geografis atau status sosial. Makam ini diperkirakan berasal dari era Majapahit, meskipun tanggal pastinya masih diperdebatkan.

Makam ini menjadi menarik karena dianggap sebagai tempat pemandian bagi para bangsawan atau mungkin bahkan raja dan ratu Majapahit. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa petirtaan ini digunakan dalam ritual keagamaan, yang mencerminkan pengaruh Hindu dan Buddha yang kuat pada masa Kerajaan Majapahit.

Menurut Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim, Wicaksono Dwi Nugroho, situs purbakala di Siti Inggil ditemukan jauh sebelum Indonesia merdeka, yakni tahun 1816 dan masuk data Belanda tahun 1816 silam. Situs purbakala yang ditemukan di Siti Inggil hanya berupa struktur dari bata merah kuno dengan luas sekitar 15 kali 15 meter persegi dan tinggi lebih dari 1 meter.

Meskipun sering disebut sebagai "makam", Makam Siti Inggil lebih tepatnya merupakan petirtaan atau struktur terkait ritual yang berasal dari zaman Majapahit. Sebagai salah satu dari banyak situs bersejarah di Trowulan, Makam Siti Inggil memberikan gambaran tentang kebudayaan, keagamaan, dan arsitektur Kerajaan Majapahit dan merupakan bagian penting dari warisan sejarah Indonesia.


The Siti Inggil Site or Siti Inggil Tomb in historical discussions, is not a tomb in the traditional sense, but rather a site with a memorial building. The name "Siti Inggil" in Javanese means "High Land", which can refer to geographic location or social status. This tomb is thought to date from the Majapahit era, although the exact date is still debated.

This tomb is interesting because it is considered a bathing place for nobles or maybe even the king and queen of Majapahit. Several studies have revealed that these lightning bolts were used in religious rituals, reflecting the strong Hindu and Buddhist influences during the Majapahit Kingdom.

According to the East Java Cultural Heritage Conservation Center (BPCB) archaeologist, Wicaksono Dwi Nugroho, the ancient site at Siti Inggil was discovered long before Indonesia's independence, namely in 1816 and entered Dutch data in 1816. The ancient site found in Siti Inggil is only a structure made of ancient red brick with an area of around 15 by 15 square meters and a height of more than 1 meter.

Although often referred to as a "tomb", the Siti Inggil Tomb is more precisely a shrine or ritual-related structure that dates back to the Majapahit era. As one of the many historical sites in Trowulan, the Siti Inggil Tomb provides an overview of the culture, religion and architecture of the Majapahit Kingdom and is an important part of Indonesia's historical heritage.

Situs Siti Inggil, Trowulan di Map

Video preview

Jam Operasional

24 Jam

Alamat

Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto

Transportasi

mobil , Motor, Bus